twttr

Tuesday, May 5, 2009

Hillary Rodham Clinton

ADA dua orang hebat di abad 20 ini, yang gigih menahan badai agar tetap bertahan mencapai puncak prestasi. Dua-duanya Hillary. Yang satu Sir Edmund Hillary, bersama Tenzing Norgay, mencapai puncak tertinggi dunia. Satu lagi, Hillary Rodham Clinton.

GARWA nipun presiden kok prasojo yen sumringah”, komentar seorang penduduk desa di pelosok Muntilan, Jawa Tengah, yang kagum ketika melihat langsung kedatangan istri seorang presiden dari negara paling kuasa di muka bumi, ke desa mereka. “Nggak sangka, istri presiden kok begitu sederhana sekali dan ramah”, begitu kira-kira kesan banyak orang yang melihat kedatangan istri Presiden AS William Jefferson Clinton, atau Bill Clinton.

Kesan itu muncul bukan semata kesederhanaan berbusana, kemurahan senyum, atau kesahajaan dari pribadinya, tapi dari tempat yang dia datangi. Bulan November 1994, Hillary Rodham Clinton, mengunjungi beberapa tempat di Indonesia, yang tak layak menjadi daerah tujuan kunjungan seorang istri kepala negara. Dia menyertai suaminya menghadiri KTT APEC di Bogor Latar belakang pendidikan dan perhatiannya yang mendalam pada masalah mendasar kemasyarakatan, membuat Hillary memilih untuk melihat langsung institusi penting masyarakat.

Dia mendatangi kampung kumuh di Pasar Manggis, Jatinegara, Jakarta Timur. “Kami seneng banget ada orang kayak dia mau dateng ke kampung kita”, komentar Marni, wanita yang ikut menyambut kedatangan Hillary ke RTnya. Bukan itu saja, Hillary sempat berdiri lama di tikungan Kali Ciliwung, di tepi Jalan Jatinegara Barat, tepat bekas lokasi sebuah ruko pecinan tua yang longsor tercebur ke kali beberapa tahun sebelum kedatangan Hillary. Dia menatap dalam-dalam sebuah potongan visual kemiskinan warga Jakarta, sambil melambai tangan ke warga pemukiman kumuh pinggir kali di kawasan Bukit Duri, Jakarta Timur, yang membalasnya. Saya sering ke tempat itu waktu kecil bermain dan tak jauh sekitar 100 meter dari toko ikan asin langganan saya di pasar pecinan Jatinegara.

Keinginan Hillary mendatangi pusat kesehatan masyarakat dan pendidikan di pelosok daerah, merupakan karakternya yang sensitif terhadap pengembangan masyarakat, pemberdayaan wanita serta pendidikan. Beda dengan anggota parlemen dan pejabat Indonesia, yang enggan mendatangi tempat-tempat itu, dan memilih pergi ke belahan dunia nan jauh, untuk jalan-jalan sambil menerangkan sebuah program untuk segelintir orang yang sudah paham. “Anak laki-laki dan perempuan harus belajar gigih untuk mendapatkan apa yang mereka impikan”, kata Hillary yang sempat memberi pelajaran singkat di SDN Barbarsari, Sleman, Jogjakarta, setelah mengunjungi posyandu Lestari X, di Muntilan.

Dia pun tak sungkan meneteskan imunisasi polio kepada seorang bayi berusia 7 bulan. Hillary memang enggan mendatangi institusi pendidikan modern seperti Universitas Gajah Mada atau rumah sakit modern yang ada di daerah sana. Dia memilih untuk merasakan denyut rakyat kalangan bawah secara langsung di posyandu dan sekolah dasar pelosok.

“SUAMI HILLARY”

Sewaktu Bill Clinton terpilih sebagai pemimpin sebuah negara adi kuasa, dia benar-benar grogi. Harian Kompas secara unik menulis berita dengan huruf besar-besar di halaman depan, “CLINTON GROGI DI TELEPON PEMIMPIN DUNIA”. Siapa yang kenal Bill Cinton? Orang lebih mengenal Hillary, si istri daripada si Bill sang suami.

Hillary adalah pengacara “top ten” di AS. Sedangkan suaminya hanya seorang gubernur dari sebuah negara bagian kurang terdengar, Arkansas. Meskipun Clinton menjadi gubernur termuda (32 tahun) dalam sejarah Amerika sejak tahun 1938. Pernah sebuah surat kabar Jerman, menulis headline tentang kemenangan Bill Clinton dalam pemilu 1992. “SUAMI HILLARY TERPILIH JADI PRESIDEN AS”. Sebuah sindiran sinis pada kemampuan Bill Clinton yang diekspresikan publik tak banyak tahu apa-apa.

Hillary merupakan satu dari istri-istri presiden AS yang paling berpengaruh setelah Eleanor Roosevelt (istri Presiden Franklin Roosevelt, presiden AS semasa perang dunia kedua). Perannya yang terlalu dominan pada pengambilan kebijakan suaminya sering dikritik tajam. Terpilihnya dia menjadi senator (mewakili New York), menjadi bukti kuat atas sebuah keinginannya yang tak mau dikenang hanya semata sebagai nyonya rumah Gedung Putih. Hillary memang beda dengan First Lady AS yang lain. Dia istri presiden pertama menjadi senator dan pertama juga yang duduk dalam sebuah kabinet.

Hillary juga tak seperti Pat Nixon (istri Presiden AS Richard Nixon), yang hanya menemani suaminya ke Djakarta Fair 1969 di silang Monas (sekarang Pekan Raya Jakarta di Kemayoran). Atau Betty Ford (istri Presiden AS Gerald Ford, juga punya klinik facelift ternama), yang hanya pergi ke Taman Mini. Atau Nancy Reagan (istri Presiden AS Ronald Reagan), yang cuma nari-nari saja bersama penari Bali, meski nginap cukup lama di Nusa Dua selama 4 hari bersama suaminya. Atau pun Laura Bush (istri Presiden George Bush), yang hanya menengok sebuah mobil perpustakaan keliling yang khusus didatangkan ke Istana Bogor, waktu dia menemani suami ke Bogor tahun 2006.

Hari ini Hillary Rodham Clinton datang kembali ke Indonesia. Bukan sebagai senator, tak lagi sebagai istri presiden. Dia menteri luar negeri AS ke 12 yang datang ke Indonesia, sejak John Dulles datang ke sini tahun 1955 sebagai menlu AS pertama yang berkunjung ke Indonesia, dan sempat dilempari batu mobilnya oleh pemuda PKI yang tak suka pengaruh Amerika di Asia Tenggara. Hillary pun pandai menulis sebagai seorang kolomnis. Harian the Jakarta Post pernah memuat tulisannya yang unik, yakni tentang perayaan Idul Fitri pertama kali di Gedung Putih tahun 1995. Mungkin kelak tahun 2014, dia akan datang kembali ke sini setelah 20 tahun kunjungan pertamanya ke Indonesia. Tapi sebagai presiden AS.

IBU SEJATI

Banyak predikat “pertama” yang disandang Hillary dalam sejarah AS. Bukan cuma jadi senator dan menteri luar negeri, tapi sebagai calon presiden (meski gagal). Namun dibalik itu dia dikenang sebagai istri presiden AS paling tangguh, menghadapi masalah rumah tangganya, yang diliput luas, jelas dan gamblang oleh dunia. Masalah extramarital suaminya, yang selalu diterpa tuntutan oleh beberapa wanita yang mengaku pernah menjalin asmara. Puncaknya ketika suaminya dituduh berselingkuh dengan seorang wanita muda yang magang di rumahnya sendiri, Gedung Putih. Ini semua dilalui Hillary dengan tegar dan tenang. Tanpa mengusik keharmonisannya sebagai sebuah keluarga, the First Family.

Setelah kasus perselingkuhan suaminya, orang pun dibuat pilu ketika dia bersama putrinya Chelsea berkunjung ke India, dan berpose di depan Taj Mahal, monumen cinta dunia, tanpa suami yang tak ikut serta. Anehnya, ketika Bill Clinton melawat ke India tahun 2000, dia pun tak ditemani Hillary. Sebuah kejadian langka seorang presiden AS melakukan kunjungan kenegaraan tak ditemani istri.

Hillary memang setegar Sir Edmund Hillary, orang yang bersama Tenzing Norgay mendaki puncak tertinggi dunia, Chomolungma (Gunung Everest). Mereka tabah menahan badai untuk bertahan sampai ke puncak cita-cita. Hanya badai mereka berbeda. Untuk Hillary badainya berupa rumah tangga, sedangkan Sir Edmund badainya memang badai angin betulan. Mereka berdua pernah saling berjumpa tahun 1995. Dan anehnya dua Hillary ini menjadi diplomat. Hillary pria jadi duta besar Selandia Baru untuk Nepal, sedang Hillary wanita jadi menteri luar negeri.

Kini Hillary menjadi bukti nyata seorang istri yang tangguh menghadapi ekspresi seksual suami yang sumbang dengan wanita yang bukan istrinya. Ketangguhan Hillary, membuktikan kita, bahwa istri tua seperti topi, walaupun butut tetap diletakkan di tempat terhormat: KEPALA. Sedangkan istri muda atau tambahan, bagai sepatu, walaupun semahal bagus apapun, tetap diinjak.

KOKI.COM

No comments:

Post a Comment